- Advertisement -

Perlawanan Damai Masyarakat Pulau Rempang Terhadap Proyek Rempang Eco-City di Malam Idul Adha

Friday, April 25, 2025

Wajib dibaca

NarasiKepri.com, Batam – Malam Idul Adha 1445 H di Pulau Rempang, Kota Batam, menjadi momentum penting bagi ratusan warga yang berkumpul di Lapangan Dataran Muhammad Musa. Tradisi sakral ini tidak hanya diisi dengan doa dan takbir, tetapi juga menjadi panggung bagi seruan penolakan terhadap rencana pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco-City.

Dalam suasana kebersamaan dan kehangatan, warga Kampung Sembulang menyampaikan kekhawatiran mendalam terhadap nasib tempat tinggal mereka. Rencana penggusuran yang mengancam 855 kartu keluarga telah mengubah momen perayaan menjadi ajang perlawanan damai.

Sejak pagi, persiapan untuk perayaan malam takbiran Idul Adha sudah terlihat di seluruh penjuru kampung.

Anak-anak bersemangat dengan baju baru mereka, sementara orang dewasa bergotong-royong menyiapkan segala kelengkapan perayaan. Namun, di balik keriuhan tersebut, kekhawatiran akan masa depan mereka terasa sangat nyata.

“Dalam momen Idul Adha ini, kami tetap menyemarakkannya dengan pawai. Tetapi juga menyampaikan doa agar suara penolakan kami didengar oleh para malaikat,” ujar Ishak (57), salah satu perwakilan warga, seperti dikutip idntimes, Selasa (18/6/2024).

Setelah salat isya, lapangan Dataran Muhammad Musa dipenuhi oleh warga yang membawa obor bambu untuk memeriahkan malam takbiran.

Suasana sakral tercipta ketika takbir mulai berkumandang di antara pepohonan dan rumah-rumah kayu sederhana, menjadi ekspresi kepedulian mereka terhadap tanah leluhur yang akan tergusur.

Sebelum pawai dimulai, spanduk-spanduk bertuliskan ‘Tolak Relokasi’ dan ‘Selamatkan Rempang’ dibentangkan di tribun penonton. Menggambarkan keputusasaan warga akan proyek kontroversial yang mengancam kampung mereka.

“Malam ini, kita tidak hanya merayakan Idul Adha, tapi juga menunjukkan kepada negara bahwa kami menolak penggusuran ini. Tanah ini adalah rumah kami, dan kami akan bertahan untuk melawan,” tegas Wadi (54), salah seorang tokoh masyarakat setempat, disambut sorak-sorai dan tepuk tangan ratusan warga yang hadir.

Baca Juga :  Amsakar Achmad Pastikan Proyek Strategis Pembangunan Jalan di Batam Terus Berlanjut

Di tengah ketidakpastian, harapan tetap membara di hati masyarakat Rempang. Mereka yakin bahwa dengan kebersamaan dan ketekunan, suara mereka akan didengar dan keputusan pemerintah bisa berubah.

Setelah pawai takbiran, warga kembali berkumpul untuk berdiskusi tentang langkah-langkah selanjutnya dalam menanggapi rencana pembangunan yang menimbulkan konflik ini.

Di antara segala perjuangan dan ketegangan, malam Idul Adha di Pulau Rempang tetap menjadi simbol kebersamaan dan perlawanan damai terhadap ketidakadilan yang mereka rasakan.

Penulis: Donny Brado

Lebih Banyak Artikel

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Artikel Terbaru