NarasiKepri.com, Batam – Beberapa pengguna kendaraan bermotor pernah mencoba mencampur Pertamax dan Pertalite dengan tujuan menghemat biaya bahan bakar. Namun, langkah ini ternyata bisa berdampak buruk pada mesin.
Dr. Ing. Zaenuri, ahli motor bakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB), menjelaskan bahwa mencampur bahan bakar beroktan lebih tinggi seperti Pertamax (oktan 92) atau Pertamax Turbo (oktan 98) dengan Pertalite (oktan 90) bisa mempengaruhi proses pembakaran di ruang bakar.
“Oktan yang terkandung dalam bensin berfungsi menentukan lamanya waktu bensin bisa terbakar,” terang Dr. Zaenuri yang akrab disapa Pak Yus seperti dikutip gridoto, Sabtu (13/7/2024).
Menurutnya, saat dicampur, nilai oktan pada bensin dengan oktan lebih tinggi akan menurun, sehingga tidak memberikan peningkatan nilai oktan yang signifikan pada bensin beroktan lebih rendah.
“Seharusnya, nilai oktan tinggi memberikan ketahanan detonasi lebih baik dan memungkinkan pembakaran yang sempurna dalam kompresi ruang bakar,” jelas Yus.
“Namun, karena nilai oktannya berubah, ada potensi mesin mengalami detonasi dan performa pembakaran juga berkurang,” tambahnya.
Selain mempengaruhi angka oktan, mencampur bahan bakar yang berbeda jenis juga berdampak pada fungsi kandungan aditif yang umumnya terdapat pada bensin beroktan tinggi seperti Pertamax dan Pertamax Turbo. Bensin jenis ini memiliki aditif seperti PERTATEC yang berfungsi membersihkan endapan kotoran pada mesin.
“Jika dicampur, konsistensi aditif akan berkurang dan fungsinya menurun,” tutup Yus.
Akibatnya, bahan bakar yang dicampur cenderung menghasilkan pembakaran yang lebih kotor, yang dapat merusak mesin dalam jangka panjang.
Dengan begitu, mencampur Pertamax dan Pertalite justru lebih berpotensi merusak mesin ketimbang memberikan keuntungan ekonomi.
Para pengguna kendaraan disarankan untuk tetap menggunakan satu jenis bahan bakar sesuai rekomendasi pabrik demi menjaga performa dan usia mesin.
Penulis: redaksi