Lebanon dalam Krisis: Negara-Negara Asing Minta Warganya Segera Pulang, Kemenlu RI Minta WNI Segera Keluar

Must read

Share :

NarasiKepri.com, Beirut – Sejumlah negara telah mendesak warganya yang berada di Lebanon untuk segera meninggalkan negara tersebut menyusul ketegangan yang meningkat di Timur Tengah. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) juga telah mengimbau warga negara Indonesia (WNI) di Lebanon untuk segera meninggalkan wilayah tersebut.

“Khusus bagi WNI di wilayah Lebanon diimbau untuk dapat segera meninggalkan wilayah Lebanon,” demikian pernyataan resmi Kemlu RI pada Minggu (4/8).

Selain Indonesia, negara-negara lain seperti Australia, Kanada, Inggris, dan Amerika Serikat juga telah mengeluarkan peringatan serupa.

Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong, mengungkapkan risiko nyata situasi di Timur Tengah dapat memburuk secara serius dan menyarankan warga Australia untuk meninggalkan Lebanon secepatnya, mengingat bandara Beirut masih beroperasi.

Juru bicara Urusan Luar Negeri Kanada, Charlotte MacLeod, menyarankan warga Kanada untuk menggunakan sarana komersial untuk meninggalkan Lebanon dengan aman.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, mengatakan pihaknya sedang menyiapkan semua skenario dan mengingatkan bahwa pemerintah tidak dapat menjamin evakuasi segera jika konflik meningkat.

Kedutaan Besar Amerika Serikat di Lebanon juga meminta warganya untuk segera meninggalkan negara tersebut dan melarang perjalanan ke Lebanon.

Pemerintah Prancis, Swedia, Italia, Korea Selatan, Arab Saudi, dan Yordania juga telah meminta warganya untuk keluar dari Lebanon selagi bandara masih beroperasi.

Imbauan-imbauan ini dikeluarkan setelah ketegangan antara Israel dan kelompok milisi Hizbullah di Lebanon semakin memanas.

Pekan lalu, serangan udara Israel di ibu kota Beirut menewaskan sedikitnya lima orang dan melukai puluhan lainnya. Salah satu korban adalah Fuad Shukr, komandan tertinggi milisi Hizbullah yang dituduh sebagai pelaku serangan di Dataran Tinggi Golan pada 27 Juli yang menewaskan 12 orang.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah bersumpah untuk merespons “keras” Hizbullah. Sementara itu, pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, mengancam akan membalas serangan Israel, mengklaim bahwa Israel telah melewati “garis merah” dan mengobarkan perang di seluruh front.

Kondisi ini menciptakan ketidakpastian dan bahaya yang meningkat, mendorong berbagai negara untuk memastikan keselamatan warganya di Lebanon.

Sumber: cnnindonesia

- Advertisement -spot_img

More articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Latest article